Minggu, 17 Juni 2012

Peringatan Isro' Mi'roj Nabi Agung Muhammad SAW di Kampung Mataraman Jalan Seruni Kota Blitar

     Di malam yang penuh barokah, Ahad malam Senen, tanggal 27 Rojab 1433 H yang bersamaan dengan tanggal 17 Juni 2012 M, warga RW V dan VI Kelurahan Kepanjenkidul, Kota Blitar, mengadakan perayaan dalam rangka Peringatan Isro' wal Mi'roj Nabi Agung Muhammad SAW, bertempat di Kampung Mataraman Jalan Seruni Kota Blitar. Memang peringatan Hari Hari Besar Islam seperti yang dilaksanakan pada malam itu, tiap tahun tidak pernah absen. Terkadang dilaksanakan dengan bentuk lesehan, namun pada malam itu pelaksanaan peringatan sangat istimewa, dilaksanakan diatas panggung dan dilengkapi dengan hiburan musik sholawat oleh ibu-ibu jamaah yasin tahlil RW V dan VI yang dipandu dengan Electone Diana pimpinan Bapak Tony Sumartono SH.
     Ketua Panitia Bapak Drs. Ismayadi dan dibantu oleh semua warga hingga pelaksanaan peringatan malam itu sukses dan menggembirakan biarpun disana sini mungkin ada kekurangan yang tidak berarti, tapi cukup puas.
     Susunan acara nya sebagai berikut : Pra acara Musik Sholawat, Inti Acara sbb.: Pembukaan, pembacaan ayat suci Al Qur'an oleh Ustad Muhammad Shohib, sambutan Ketua Panitia (Bp Drs Ismayadi),  sambutan Ketua RW V/VI oleh Bp Arif Kucoro Jati, sambutan Camat Kepanjenkidul diwakili oleh Sekcam, diselingi Musik Sholawat, dan terakhir Tausiah oleh Ustad KH. Muhammad Arif Zamroni SH, MHi,MM dari Kademangan Blitar. Dan Acara ini dipandu oleh Sdr. Agus Irianto dari RW VI. 
     Dalam sambutan Ketua Panitia yang disampaikan Bapak Drs Ismayadi, mengatakan bahwa dalam Pelaksanaan Peringatan Isro' Mi'roj Nabi Muhammad SAW malam ini kami segenap Panitia sudah berusaha keras sesuai dengan program yang telah dicanangkan, hingga pada malam ini pelaksanaannya yang dapat kita nikmati bersama. Ini semua bertkat bantuan dan partisipasi semua warga, mudah-mudahan acara pada malam ini dapat berlangsung sukses dan memuaskan. Namun bila disana-sini masih ada kekurangan, kami selaku manusia biasa mohon maaf  dan semoga Alloh SWT mengampuninya.
     Kemudian sambutan Ketua RW V / VI, yang disampaikan oleh Bapak Arif Kuncoro Jati (ketua RW V), mengatakan bahwa beliau mengucapkan banyak-banyak terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan semua warga RW V/VI atas kekompakannya dalam melaksanakan setiap kegiatan khususnya kegiatan Peringatan Hari Hari Besar Islam selalu dibersamakan. Memang ini adalah kegiatan yang sudah dirintis oleh para pendahulunya dan perlu dilestarikan sebagai bentuk ukhuwah Islamiah / kebersamaan, persatuan dan kesatuan. 
     Sambutan dari camat Kepanjenkidul yang diwakili oleh Sekcam, menyampaikan rasa bangga atas terselenggarakannya peringatan Isro' Mi'roj pada malam itu sebegai bentuk kepedulian warga RW V/VI  dalam mengenang betapa perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam mendekatkan diri ummatnya kepada Alloh SWT dengan Sholat yang diperintahkan langsung oleh Alloh SWT. Oleh karena itu domohon kepada semua Ummat Islam untuk tetap menjaga dan menegakkan Sholat ini sebagai amalan atas perintah Alloh SWT dengan penuh ikhlas dan tawadhu'.
     Ustad KH Muhammad Arif Zanroni SH,MHi,MM, memberikan tausiah yang sangat luas dan ternyata mudah diterima oleh para samiin. Dengan menggunakan methode dialog, ternyata para samiin mau diajak berlama-lama dan betah mengikuti tausiahnya. 

 Pada Intinya Tausiah beliau sbb.:

1. Al kisah Kampung Mataraman
     Penyebaran Islam di Tanah Jawa, ternyata tidak lepas dari Raja Jawa Sultan Agung yang berkedudukan di Jogjakarta. Waktu itu dikenal dengan para pandeganya seperti Pangeran Imam Bonjol dan Pangeran Diponegoro yang memiliki murid kinasih yang sangat banyak di tanah Jawa hingga disebut oleh para peneliti menjadi julukan Islam Jawa. Dalam perjuangannya Pangeran Diponegoro dan Imam Bonjol kalah perang dengan penjajah Belanda hingga santri-santrinya bertebaran  keseluruh Tanah Jawa khusunya di Jawa Timur  kawasan selatan, Madiun, Ponorogo, Nganjuk, Kediri, Tulungagung, Blitar dan Malang.       
      Mereka inilah santri dan juga lasykar Pangeran Diponegono menyebarkan Islam  di kampung-kampung sambil berdagang. Kemudian lama-lama mereka adaptasi dengan warga setempat dan bertempat tinggal di daerah itu secara berkelompok, hingga disebutlah tempat tinggal mereka itu Kampung Mataraman. Dan ini hampir ada di setiap kabupaten mesti ada orang dari mataram. Biasanya penyebar agama Islam versi laskar Pangeran Diponegoro, halaman rumah tinggalnya di tandai dengan tanaman buah Sawo. Konon katanya untuk memudahkan teman-teman seperjuangannya untuk mencarinya. Termasuk yang ada di lingkungan Mastrip Kepanjenkidul Kota Blitar. Mereka - mereka inilah penyebar Islam yang kiranya  perlu disyukuri dan diteruskan perjuangannya, tentu saja melalui keturunannya, anak, cucu, buyut, canggah dan seterusnya mempunyai kuwajiban untuk memelihara dan melestarikannya hingga akhir zaman.
     Menurut pengamatan penulis di kawasan kelurahan Kepanjenkidul ini, tampaknya sudah sejak dulu banyak orang-orang penyebar Islam dari Mataram - Jogajakarta. Salah satu bukti otentiknya adalah di utara rel Kereta Api  sekarang bersebelahan dengan kampung Srigading yang dikenal dengan Gang Pesarehan ada makam yang kata masyarakat setempat adalah makam mBah Haji Abdul Hadi dari Mataram.  
     Oleh karena itu sudah selayaknyalah jikalau generasi penerus yang khususnya berdomisili di kampung Mataraman ini tetap melestarikan perjuangan Islam sesuai dengan yang dilakukan oleh para nenek moyangnya.

2.  Menjaga kemandirian Islam di tingkat keluarga 
     Sebenarnya manusia itu terdiri dari dua(2) unsur, yaitu Badan Wadag ( Jasmani ) dan Ruhani. Pada saatnya kedua-duanya akan kembali kepada asalnya. Badan Jasmani jikalau manusia sudah meninggal dunia akan kembali ke tanah, sebab memang menurut asal usulnya badan jasmani Anak  Adam diciptakan oleh Allah SWT dari tanah. Sedangkan Ruh akan kembali kepada Sang Pencipta yaitu Allah SWT dengan membawa sejumlah pertanggungjawaban.
     Uraian diatas yang perlu digaris bawahi adalah kata-kata "pertangungjawaban". Tanggung jawab sebagai manusia  yang mengabdi kepada Allah SWT selaku penciptanya, ini hanya bisa dilalui dengan sebuah keluarga. Dari dalam keluarga inilah manusia akan berusaha untuk menjadikan keturunannya berahlak baik, yang biasanya dijadikan keturunannya menjadi anak sholih - sholihah.   Ini melalui proses yang panjang dan tidak mudah.  Cobalah kita perhatikan mengenai sejarahnya, dimulai dari dua insan manusia yang berlainan jenis kelamin. Untuk memulainya biasanya diawali dengan pacaran yang semestinya tidak perlu terjadi. Sebab pacaran artinya kan untuk mengenal lebih dekat antara laki-laki dan perempuan secara individual. Dan ini pasti bukan muhrimya. Dalam keyakinan Islam, berpandangan saja dengan lain jenis lebih dari satu kali antara laki-laki dan perempuan bukan muhrimnya hukumnya haram, apalagi bersama-sama, berboncengan kesana kemari itu perbuatan yang sangat dilarang dan bentuk pelanggaran.
     Selanjutnya untuk menjadikan dia istrinya atau suaminya harusnya melalui proses ada Ijab-qobul dari calon mempelai laki-laki dengan pihak wali perempuan  dan diperkuat dengan Mas Kawin atau Mahar dan pula disaksikan paling sedikit dua orang. Jadi tidak asal kamu jadi istriku atau kamu jadi suamiku.
     Kemudian untuk membuat anak pada saat akan berhubungan badan antara suami - istri harusnya keduanya bersuci dan berdoa kepada Allah SWT agar dijauhkan dari godaan syaithon dan mohon kepada Allah SWT diberkahi anak Sholih-sholihah. Jikalaulah sang istri lagi hamil maka keduanya harus selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT, misalnya suami-istri ibadahnya ditingkatkan, prilakunya ahlakul karimah, dan selal;u menjaga kesehatan calon bayi dan ibunya.
     Kalau saat  lahir, anak diperdegarkan adzan dan iqomah di telinga kanan  oleh Bapaknya, ari-arinya di timbun ditanah sebab asal manusia memang darti tanah.Proses selanjutnya membesarkan dan mendidik, artinya memberikan adabiyah/kebiasaan anak untuk berahlakul karimah, mendidik dan menjadikan anak untuk mengerti.
     Itulah maka sebagai orang tua seharusnya memiliki tanggungjawab yang besar terhadap anak-anaknya untuk memasukkah nilai-nilai Islam kepadanya dengan cara membiasakan anak mengerti dan mengerjakan sholat, mengerti dan bisa membaca Kitab Sucinya yaitu Al Qur'an. Mimbiasakan keluarga sholat berjamaah di rumah, di musholla atau di masjid agar anak nantinya tidak malu ke masjid dan mengerti tata cara masuk masjid, sebab sholat berjamaah dimasjid antara lain bermanfaat  bisa bergaul (silaturohim) dengan ummat Islam lainnya dan lain sebagainya. Insyaallah jikalau itu semua di penuhi maka Islam di tingkat keluarga akan dapat dijadikan tolok ukur pengembangannya dimasyarakat. Disitulah maka akan tampak keseimbangan. klop. (jawa = sumbut), sesuai antara cita-cita dan jerih payah.


3. Kemana meningkatkan pengetahuan diniyah
     Untuk meningkatkan pengetahuan diniyah keluarga tidak perlu jauh-jauh, jikalau dirumah sendiri tidak ada yang berpengetahuan cukup, silahkanlah cari TPQ terdekat, disitulah kita akan mendapatkan bimbingan, informasi mengenai agama Islam. Atau lebih praktis lagi keluarga memanggil guru ngaji secara privat dirumah, maka akan lebih terfokus untuk segenap keluarga, yaitu bapak, ibu dan anak-anak. Pengetahuan Islam bisa lebih jauh lagi ditempuh di Pondok-pondok Pesantren, Madrosah - madrosah dan perguruan tinggi Islam yang sudah tersebar diseantero dunia. Tinggal kita ada minat apa tidak.
     Oleh karena itu marilah kita sama-sama berusaha untuk meningkatkan Pengetahuan Islam ini agar tidak ketinggalan. Semoga Allah SWT selalu memberikan ma'unah dan hidayah kepada kita semua. Amin yaa robbal 'alamiin.

                                 ( Notulis dan Kolektor  : mBah Sakrip )
     

     










     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar