Minggu, 04 Maret 2012

Pondok Pesantren Langitan, Widang, Tuban BERDUKA

       Tepatnya Hari Rabu 29 Pebruari 2012 pukul 18.30, telang dipanggil Allah SWT / pulang ke rohmatulloh, dirumah duka, beliau Almaghfurlloh  Romo Kyai Haji Abdulloh Faqih, Pengasuh Pondok Pesantren Langitan, Widang, Tuban, Jawa Timur, dalam usia 82 tahun. Seluruh bangsa Indonesia merasa kehilangan dengan meninggalnya beliau. Beliau dinilai telah banyak berjasa untuk agama dan negrinya "Indonesia".
       Di saat wafatnya, hujan lebat dan lautan manusia mengirinya kepergian KH Abdullah Faqih menghadap sang khaliq. Para habaib, kiai, ulama, tokoh masyarakat, pejabat, santri, alumni, dan warga dari berbagai tempat tumpleg bleg di Pondok Pesantren, Widang, Langitan untuk memberikan peghormatan terakhir.
Sejak Romo Kyai Faqih menghembuskan nafas yang terkhir, para penta'jiyah terus berdatangan dari berbagai tempat. Puluhan kali sholat zenazah dilaksanakan, digelar di masjid depan rumah duka, yaitu dilokasi ponpes Langitan yang memiliki 5500 santri.
       Gema tahlil tiada henti berkumandang mengiringi ulama kharismatik yang namanya melambung seiring dengan istilah Poros Langtan menjelang sidang umu MPR 1998, terutama berkaitan dengan pencalonan Gus Dur sebagi presiden.
       Berkaitan dengan wafatnya mBah Yai Faqih, pihak keluarga memutuskan memakamkan almarhum Kamis Siang tanggal 1 Maret 2012 di pemakaman umum Widang. sekitar jam 11.30 WIB. Tepat pukul itu juga Sholat zenazah yang terus digelar bergantian itu dihentikan untuk disambung dengan upacara pemberangkatan zenazah.
        Namun diluar dugaan,langit cerah itu mendadak gelap. Di tengah hiruk pikukpuluhan ribu pentakjiyah itulah hujan tumpah dari langit. Tak pelak banyak diantara mereka yang basah kuyup krena tak kebagian tempat berteduh lantaran banyaknya orang yang berjubel disana.
Kendati deikian upacara tetap berlangsung hidmat, seiring sholat dhuhur dan dilanjutkan dengan shlat jenazah terakhir dan tahlil bersama.
       Yang juga luar biasa, ketikazenazh dalam keranda bertutup kain hijau bertuliskan kalimat Syahadat itu diberangkatkan dengancara dipikul, tiba-tiba hujan eda dan langitpun kembali cerah. Jalan yang panjangnya sekitar 600 meter yang dilalui zenazah daripondok Pesanten ke pemakaman penuh sesak.  Isak tagis keluarga, kerabat, para santri dan para pentakziyah lainnya menyatu dengan suara tahil, hingga sang kiai tiba di peristirahatan terakhir di lokasi pemakaman umum Desa Wdang Tuban Jawa Timur.
       Sang teladan dan juru damai yang berhasil menyatukan hati Gus Dur dengan sang paman KH Yusuf Hasim dan juga KH Hasim Muzadi itu benar-benar telh berpulang. "Masyarakat Indonesia khususnya Jawa Timur kehilangan sosok dn figur panutan. Selain menjadi panutan ulama lain, Kiai Faqih adalah tokoh nasional yang banyak berjasa pda bangsa Indonesia", ugkap gubernur Soekarwo dlam sambutannya.
Masih menurut Pak De Karwo, Kiai yang fatwanya kerap dijadikan Gus Dur sebagai referensi gerakan reformasi nasional itu selalu menjadi panutan dalam menjaga Ahluss Sunnah Wal Jamaah di Indonesia dan bahkan menjadi rujukan internasional. "Dan beliau banyak membawa Jawa Timur berperan menjadi wilayah yang aman dan tentram".
       Selain Gubernur Jatim, Kapolda Irjen Pl Hadiatmoko, Bupati Tuban H. Fathul Huda, Bupati Lamongan Fadeli, mantan Bupati Bojonegoro Santoso dan sejumlah pejabat jatim lainya juga hadir dirumah duka. Presidan Indonesia Susilo Bambang Yudoyono terlihat mengirimkan karangan bunga sebagai ucapan bela sungkawa. Demikian pula juga banyak dari kalangan Partai politik, Golkar, DPP PKB dan DPP PKNU.
Selain itu sistuai jalan didepan pondok Langitan terlihat macet, sebabsejak Rabu kendaraan terus berdatatangan.

mBah Kiai Faqih menjadi besar karena zuhud dan wira'i.
       Dimata sejumlah Kiai maupun para santri  mBah Kiai Faqih adalah figur yang hidup bersahaja dan ikhlas.
Ulama besar ini sangat besar dan zuhud, wira'i, sabar dan suka memotivasi orang lain ntuk maju. Beliau adalah teladan bangsa dalam kesalehan.
       Rumah kayu bercat kuning janur di dalam kompleks Pondok Pesantren Langitan adalah saksi, betapa brsahaja Kiai Faqih. Bangunan tua ukuran 7 x 8 meter itu haya berisi meja kursi kuno dan dua almari buku.
Terlalu sederha jika dibanding dengan bangunan berlantai dua yag dihuni anak-anaknya.    Kesederhanaan Kiai kelahiran dusun Mandungan Widang Tuban 2 Mei 1932 mungkin taklepas dari teladan sng yah KH Rofii Zahid. Selain itu juga dari gurunya semasa muda yaitu mBah Abdurrohim, Rembang, Lasem, Jawa Tengah. Kesederhanan masih lekat meski beliau telah berguru kepada   Sayid Alwi bin Abbas al Maliki yah dari Sayid Muhammad in Alwi Al Maliki dari Arab. Bahkan semakin kenthal setelah beliau dipercaya memimpin Pondok Pesantren Langitan menggantikan KH Abdul Hadi Zahid sejak 1971.
       Ditangan Kiai Faqih, Ponpes Langitan yang didirikan oleh KH Muhammad Nur (asal Tayuban Rembang Jateng) pada tahun 1852, berkembang pesat.Di dampingi sang paman KH Ahmad Marzuki Zahid, Kiai Faqih membuat Ponpesnya mejadi lebih terbuka terhadap kemajuan, meski tetap teguh pada prinsip salafiyah.

Ternyata mBah Kyai Abdullah Faqih mondok hanya 4 tahun
       Masa kecil Syaikhina KH abdullah Faqih lahir dari pasangan Kyai Rofi'i dan Nyai Khodijah bersaudarakan tiga yaitu Abdullah Faqih, Khizin dan Hamim. Namun semenjak kecil kepengasuhan berada dibawah pamannya KH Abdulhadi Zahid Pengasuh Ponpes Langitan Generasi ke empat. Ini terjadi lantaran ayahanda beliau kyai Rofii wafat saat Syaikhina berusia tujuh tahun. Syaikhina Abdullah Faqih lahir di Desa Widang Tuban pada tanggal 2 Mei 1932.
       Abdullah Faqih muda sangat senang bergelut dengan kitab-kitab keagamaan. Setelah belajar kepada ayahandanya beliau mulai keluar rumah untuk menuntut ilmu. Pindah dari pesantren satu ke pesantren lainnya guna mencari ilmu dan kalam hikmah. Beliau sangat luar biasa meski hanya 4 tahun dalam pengembarannya mencari ilmu, beliau sangat konsentrasi dan istiqomah. Selama mondok syaikhina selalu berusaha mendekatkan diri kepada Allah SWT.
       Selama empat tahun itu, Abdullah Faqih muda telah mengambil ilmu dari para guru yang utama, antara lain : di Lasem Jawa Tengah belajar pada KH Baidhowi, KH Ma'shum, KH Fathurrohman, KH Maftuhi, KH Manshur dan KH Masduki. Di Bangilan beliau belajar pada para kyai dan yang utama belajar pa KH Fadhal. Kemudian pindah-pindah bertabarukan ke pesantren-pesantren lainnya diantaranya Pesantren Watu Congol asuhan KH Nahrowi Dalhar (mBah Kyai Dalhar).
       Sehabis masa pengembaraannya beliau kemudian berumah tangga dengan putri dari KH Ma'shum yaitu Nyai Hunainah, dan selanjutnya berdomisili di Ponpes Langitan melanjutkan perjuangan pendahulunya KH abdul Hadi.

Terbuka bagi siapa saja
       Setiap hari kediaman Syaikhina Kh Abdullah Faqih Langitan tidak sepi dari kunjungan tamu.  Beliau sangat ramah dan berbdi halus.  Telah diakui banyak orang, bahwa syaikhina dapat memberikan jalan keluar terhadap masalah-masalah yang ditimpa para tamunya. Pada hal tamu yang berkunjung ke kediaman beliau dari berbagai la[isan masyarakat, ada pejabat tinggi, pejabat rendahan, rakyat biasa, para santri dan lain-lain. Kayaknya beliau memiliki mata hati (basyiroh) yang jarang dimiliki banyak orang. Beliau menyampaikannya dengan menggunakan tutur bahasa yang santun dan mengedepankan bahasa budi.
       Semoga amal baik beliau ditrima Allah SWT dan segala dosanya dileburNYA.
(sebagian unduhan dari harian surya)

                            ====:kolektor dan penulis naskah mBah Sakrip:=====

1 komentar: