Minggu, 14 Agustus 2011

ZIAROH WALI LIMO, waliulloh di jawa timur

SEBAGIAN orang mengatakan bahwa sebelum ziaroh ke makam para sunan/wali sebaiknya kunjungidululah / ziarohlah terlebih dulu ke makam orang tua anda. Atau jika  orang tua anda masih hidup sebaiknya memberitahu ( jawa = pamitan) terlebih dulu kepada orang tua anda. Apakah maqolah itu benar atau tidak, atau barangkali ada khasiat atau tidak,  itu terserah kepada para pembaca tulisan saya ini. Yang penting tulisan saya ini hanya cerita perjalanan kami ( Pak H. Sutardjo MM, Pak H.Ahmad Taufiq, Pak Suprapto, Pak Nurwiyono (Nurlala), Pak Sunardi, Pak  Muhari dan saya sendiri Pak Sakrip ) ke para makam Wali Limo di Jawa Timur. Akan tetapi ada baiknya bila lebih dahulu kita simak Buku Kisah Keteladanan WALI SONGO yang disusun oleh Abdul Rozaq, diterbitkan oleh CV SURABAYA, agar kita tahu dan mengerti tentang mengenai seluk-beluk perjuangan para penyebar Islam di tanah Jawa.
     Di tulis sebagai Kata Pengantar bahwa "Wali adalah sosok hamba Allah yang ta'at beribadah menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Wali adalah hamba yang menjadi kekasih Allah dari sekian banyak mahluk yang ada di bumi ini. WALI SONGO hanya merupakan sebuah  istilah yang sering diucapkan oleh ummat manusia sekarang ini, padahal sesungguhnya beliau (para walisongo) tidak mengenal kata songo.
Meski kisah Walisongo sebenarnya penuh kontroversial, akan tetapi kisah itu sendiri cukup menarik untuk disimak, mengingat banyak sekali hikmah dan manfaat yang dapat kita petik sebagai bekal bagi kita dalam berjuang di daerah masing-masing, yang jelas berbeda cara pandang dan penerimaan, mengingat Walisongo telah berhasil menyatukan berbagai macam golongan menjadi satu- kesatuan yang kuat  baik dari rakyat biasa maupun yang luar biasa".
Secara umum yang dianggap Walisongo di Bumi Jawa ini adalah :
     1. Syeh Maulana Malik Ibrahim ( makam di Gresik )
     2.Raden Rahmat atau Sunan Ampel (makam di Surabaya)
    3. Raden Paku atau Sunan Giri (makam di Grersik)
   4. Raden Makdum Ibrahim atau Sunan Bonang (makam di Tuban)
   5. Raden Qosim atau sunan Drajat (makam di Lamongan)
   6. Raden Syahid atau Sunan Kalijaga (makam di Kadilangu Demak Jawa Tengah)
   7. Raden Umar Syahid atau Sunan Muria (makam di Kudus, Jawa Tengah)
   8. Ja'far Shodiq atau Sunan Kudus (makam di Kudus, Jawa Tengah)
   9. Syarif Hidayatulloh atau sunan Gunung Jati (makam di Cirebon, Jawa Barat)
Itulah sekelumit pengantar cuplikan dari  Buku Kisah Keteladanan WALISONGO.

Sumber dari Buku Kenang-kenangan Haul Agung ke 544 SUNAN AMPEL  memberikan keterangan tentang perngertian Wali:
Pengertian Wali menurut Al-Qur'an (surat Yunus ayat 62 sampai dengan 64) : 
   1.  Tidak mempunyai rasa takut
   2.  Tidak mempunyai kesedihan
   3.  Mereka beriman
   4.  Mereka bertaqwa (memperjuangkan kalimah Allah)
   5.  Mereka selalu gembira dengan kabar dunia & akhirat
   6.  Mereka tidak menyeleweng dari petunjuk Allah  
Catatan tersebut diterakan pada Muqodimah yang ditulis Ustad Ibrohim Ghozi, Kertosono, 1 Maret 1989. 

     TEPATNYA hari Ahad tanggal. 13 Mei 2010  pagi, yaitu setelah sholat subuh berjamaah  lebih dulu  rombongan berkumpul di Masjid Al Idris Jalan Mastrip Kota Blitar.Perjalanan kami untuk ziaroh wali limo ini termasuk tidak istimewa berhubung segala persiapannya yang sangat mendadak dan tidak terprogram bagus seperti layaknya pesiar relegius lainnya. Biarpun kesannya asal-asalan tapi ternyata kepergian ziaroh tersebut tampaknya membawa hikmah tersendiri. Saya yakin bahwa pengalaman masing-masing peserta tidak sama, tetapi secara umum rombongan sudah memenuhi apa yang di rencanakan secara mendadak tersebut.
     RUTE perjalanan kami juga tidak banyak yang disinggahi, mengingat waktu yang sangat pendek yaitu kami sepakat "berangkat habis subuh sampai tiba kembali di rumah harus sekitar jam 10 malam".
Yang namanya rencana, manusia boleh berusaha Allah SWT yang menentukan; ternyata rombongan kami pada jam 24.00  masih di makam Sunan Bonang - Tuban, Jawa Timur. Mengenai perbekalan alias bontot hemm........ tidak usah di soal, sudah disediakan Nyonya Bapak Nurwiyono Toko Lala dan ternyata menunya sungguh bergizi komplit, kami suka melahapnya. Dan cukup okey.............
     Begini, dari Masjid Al-Idris Jalan Mastrip Kota Blitar mobil kami berangkat tepat jam 05 pagi melewati Jalan Ciliwung (Blitar Kota ke Utara) dan terus melalui bendungan Lahar Kelut dan lantas melewati Desa Kedawung Ponggok, Kabupaten Blitar. Tidak lama kemudian sampailah di pasar Pathok dan terus melaju ke arah utara ke kota kecamatan Wates - Kabupaten Kediri. Selanjutnya perjalanan melaju ke Kota Pare lalu ketimur ke Kecmatan Kandangan, terus ke arah utara melwati Ngoro - Jombang dan melalui jalan menuju Mojoagung. Di pom bensin disitulah rombongan istirahat, selagi mobil isi bensin kami juga isi perut - makan pagi, mengingat waktu sudah menunjukkan jam 06.30.
     Lebih kurang jam 08.00 rombongan berangkat lagi, melaju dengan rute Kota Mojoagung - Kota Mojokerto  dan selanjutnya Kota Surabaya. Yang pertama di singgahi adalah Masjid Akbar Kota Surabaya yang biasa orang menyebutnya dengan Masjid Agung. Tiba di Masjid tersebut waktu sudah menunjukkan jam 09.00, rombongan keliling di komplek Masjid, mulai dari Menara Masjid, Lingkungan Masjid, dan Lokasi/dalam Masjid yang berlantai tiga. Lebih kurang dua jam kami di Masjid Akbar, selanjutnya rombongan menuju Jembatan Suromadu (Suroboyo - Madura), di jembatan itu kami istirahat sejenak dan foto bergantian.
Setelah istirahat kami melaju ke Madura, disitulah terjadi perhelatan sejenak, musywarah bagaimana enaknya, habis ke Pulau Madura ini adalah bukan tujuan dan tidak masuk dalam bagian program wisata relegius. Lalu diputuskan dan sepakat bahwa masing-masing personil (idep-idep) pengin tahu Kota Bangkalan, maka perjalanan dilanjutkan menuju Kota Bangkalan - Madura. Namun sayang pak sopir ternyata juga belum pernah ke Bangkalan, jadi harus tanya-tanya ke warga setempat. Ah..... ternyata ya juga ada kendala yang juga mengherankan, ternyata saudara kita di Pulau Madura ini masih ada yang tidak mengerti Bahasa Indonesia, sedang kami tidak mengerti Bahasa Madura, jadi sama saja. Hingga tiga orang......... barulah rombongan tahu mana jurusan Kota Bangkalan.
     Sesampai di Kota Bangkalan, kemudian kemana...........? Kami bengong lagi. Kemana ya enaknya......?
Kemudian tanya-tanya lagi: "Adakah di daerah ini tempat-tempat ziarah relegius ?". Ah...... ternyata ada, yaitu Makam mBah Kyai Kholil pendiri Nahdlatul Ulama (NU), sedang jalan menuju kesana rombongan tidak ada yang tahu, tanya-tanya keblasuk-blasuk. Maka, mengingat waktu sudah masuk  Dhuhur rombongan cari masjid terdekat di Kota Bangkalan. Tentang Masjid yang disinggahi,  maaf penulis naskah ini lupa namanya.
     SETELAH sholat dhuhur berjamaah dengan warga sekitar, kamipun melanjutkan perjalanan dan langsung menuju Surabaya melewati daerah ujung dan naik  Kapal Verry, jadi kembalinya ke Surabaya tidak lagi lewat Jembatan Suromadu, mengingat nyeberang ujung ternyata lebih dekat. Melalui Jl.Perak Timur, Jalan Rajawali dan sampailah di Jembatan Merah, selanjutnya belok kiri melalui kawasan Wisata Relegius Sunan Ampel, maka tibalah rombongan kami di Makam Sunan Ampel lebih kurang jam 14.00. Ke Urinoir, dan setelah itu ambil wudlu selanjutnya sholat tahiyatyl asjid dan sujut syukur. Usai kelililing dalam masjid Sunan Ampel dan menikmati syahdunya suasana Masjid ampel yang sangat besar itu, rombongan menuju ziarah ke Makam sunan Apel dengan Baca Yasin dan Tahlil yang dipimpin oleh penulis naskah ini. Kemudian dilanjutkan ke makam - makam lainnya, seperti makam mBah Bolong, makam mBah Sholeh.,  dan kemudian rombongan melanjutkan ke makam Syeh Maulana Malik Ibrahim di Gresik.
     DIMAKAM  Syeh Maulana Malik Ibrahim, sebelum kami mengadakan upara do'a seperti di makam Sunan Ampel, yaitu baca Yasin dan Tahlil, kami melaksanakan sholat 'Asyar lebih dulu dan setelah berkililing makam dan melihat-lihat lingkungan makam kamipun foto bersama diluar makam, habis dilingkungan makam dilarang  memfoto. Disitu kami istirahat sejenak, ngongkek boyok. Kemudian perjalanan dilanjutkan ziarah ke makam Sunan Giri, tempatnya tidak jauh dari makam Syeh Maulana Malik Ibrahim lebih kurang setengah kilometer, tempatnya berbukit dan menanjak tajam.
     JALAN menuju makam mBah Sunan Giri ini saat itu sedang di rehab dengan cor beton kayak pembangunan gang-gang di Kota Blitar.  Mudah-mudahan pembangunan itu juga subsidi dari pemerintah.
Rombongan kami masih sama dengan kegiatan di makam-makam sebelumnya yaitu membaca Yasin dan Tahlil, hanya bedanya di makam Sunan Giri ini lokasinya sangat sempit jadi kesannya sangat padat dengan pen-ziarah, sehingga kami harus rela baca Yasin - Tahlil diluar dengan lokasi duduk-lesehan tak nyaman. Setelah itu kami kembali mobil, selanjutnya rmbongan meluncur ke makam  Sunan Drajat Lamongan. Diperjalanan waktu sudah menunjukkan saatnya sholat maghrib, jadi kami singgah dulu di Masjid,  di Desa Jati - Gresik.  Disini kami juga masih ada waktu untuk makan-makan biarpun hanya sedikit menghabiskan sisa perbekalan tadi pagi. Ada yang bilang: "Aja rebutan sing waras ngalah...........". Kemudian kami menuju makan Sunan Drajat, melalui jalan pantai utara, namun sayang cuaca sangat gelap jadi kami tidak bisa melihat keluar yang katanya dijalur itu panorama pantai sangat indah. Kami hanya bisa melihat ke depan, melihat jalan yang belum pernah aku lalui, jadi ya..... gimana........? Seumpama aku kesitu lagi, "jelas aku lali dalane tur keblasuk-blasuk".
Tiba di makam Sunan Drajat lebih kurang jam 19.30, dimakam ini kami tidak kompak seperti ketika ziarah kemakam sebelumnya, pating slebar memenuhi hajatnya sendiri-sendiri, maklum kondisi awak sudah lelah, dan kondisi perjalanan tampak maraton artinya tidak ada istirahat, misalnya tidur atau ngomong-ngomong santai, yang ada cuman serius saja, konsentrasi penuh dan tidak bisa diganggu gugat. Dan lagi memang di makam Sunan Drajat ini lokasinna sangat sempit dan penziarah sangat banyak dan padat, sehingga acara tahlil -yasin yang kami selenggarakan tersasa tidak nyaman dan tidak maksimal. Sumumk, gerah dan ramai sliwar-sliwer lalu-lalang orang lewat. Yaa...... pokoknya gimana gitu, sulit menggambarkan. Yang jelas karena tidak kompak, pererta Yasin-tahlil cuma empat orang saja: saya sendiri, Pak Prapto,Pak Nur, Pak Sunardi, maka usai acara tahlil-yasinpun kami keluar makam dan saling mencari. Dimana Pak Sutarjo,Pak Taufiq,dan PakMuhari kami nggak tahu dimana ia berada. Kamipun memutuskan untuk Sholat 'Isyak dulu di Musholla
dekat bakul-bakul lingkungan makam.
Usai sholat Isyak kami leha-leha keluar lokasi bakul-bakul,dan langsung menuju parkiran kendaraan, nggak tahunya mereka pak Taufiq lagi ngopi di warung sebelah parkir,Pak Tarjo tidur tiduran di bakul rokok dan Pak Muhari lagi cari soevenir,     weh ...... weh......... jebule..... !
     KEMUDIAN  rombongan melanjutkan ke makam Sunan Bonang, Tuban, Jawa Timur. Alhamdulillaah................., meskipun dengan gontai kelelahan mobilpun tetap melaju dengan tegap dan langkah pasti. Pak Sutarjo dan Pak Nurwiyono sudah tampak lelah dan ngantuk, dia kayaknya tertidur pulas, entah apa yang dia impikan. Mudah-mudahan tidak mimpi di gigit ular.Yang masih tersisa, maksudnya yang tidak bisa tidur hanya ngomong-ngomong kecil dan tak mampu untuk sendau-gurau, bisanya cuman lihat-lihat jalan depan mobil arah kemana kendaraan melaju. Mau cerita-cerita ya apa yang seritakan dan siapa yang diceritai, wong ya semuanya sudah lelah, yaa gontai-lah............! Tak lama kemudian masuklah kami ke Kota Tuban........ dan langsung menuju Makam Sunan Bonang, tiba di halaman parkir lebih kurang jam 10 malam (jam 22.00). Berhubung semuanya lapar maka diputuskan untuk makan lebih dulu. Aku lihat di parkiran banyak bakul-bakul makanan dan tampak laris, tapi kenapa kok atret dan keluar parkiran...?  E...e....e....maunya cari makanan diluar parkiran...! Ah... kenapa nggak cari yang dekat-dekat saja, sederhana, praktis, cepat saji, cepat santap, cepat makan. Benar..... apa kataku, rasain luu, muter-muter sak kota Tuban, angger bakul di endegi....., dilihat-lihat nggak cocok nggak jadi. Putar lagi......, lihat bakul lagi, nggak cocok batal lagi, sampai tujuh putaran. Sampek mumet, ngelu ngrasakne leh arep mangan. Dan terakhir ndilalah bakulnya sudah mau tutup, dan kayaknya ada persediaan terakhir, ya wis sini saja pokoke makan. Bener....... menunya Mie Goreng, Capjae, Nasi Goreng Semrawut, ah........ alhamdulillah, masio masakannya asin...... dirasa uenaaaakkkkk.......! Dan akupun selain pesan Nasi Goreng dimakan disitu, juga pesan dua bungkus Nasi Goreng Mawut dibungkus dan dibawa pulang, kata teman untuk buka pintu.
     Sesudah itu rombongan menuju makam Sunan Bonang dan dimakam tersebut yang tidak ikut masuk ke lokasi makam hanya Pak Sutarjo, selain beliau pernah ziaraoh ke makam itu, alasan kedua beliau sudah lelah, maklum usia sudah lanjut dan lagi waktu sudah sangat malam yaitu lebih kurang jam 24.00 wib. Dilokasi makam Sunan Bonang juga amat ramai dengan penziarah, sama dengan makam wali sebelumnya, ramai dan padat. Kamipun mengadakan kegiatan baca Yasin dan Tahlil hingga akhir, setelah itu meninggalkan lokasi. Usai minum kopi dan beli oleh-oleh, rombongan pulang kampung dengan hati lega dan alhamdulillaahirobbil 'alamiin.

             Untuk selanjutnya perhatikan foto-foto dibawah ini :

                            Di halaman Masjid Akbar Kota Surabaya

                             Di Menara Masjid Akbar Kota Surabaya
               

                Sewaktu istirahat di Jembatan Suromadu Surabaya Jawa Timur




      

                    Usai Sholat Jamaah Dhuhur di Masjid Kota Bangkalan Madura




    

       

                  Foto bersama  Ziaroh Sunan Malik Ibrahim Gresik  Jawa Timur

                        Kolektor dan penulis naskah: mBah Sakrip