Sabtu, 31 Desember 2011

berkunjung ke DESA BALOKANG - Banjar - Jawa Barat

          Hari itu sebenarnya hari yang sangat bahagia 13 Desember 2011. Salah satu keluarga ada yang lagi menikah. Jadi ikutan aku sebagai orang tua ke Kota Banjar - Jawa Barat, yang baru dua kali itu aku dan keluargaku mengunjunginya.
Sepur Kahuripan yang mengantarku yang kedua kali ternyata memiliki keramahan yang cukup memikat hati para penumpangnya termasuk aku dan keluargaku. Dulu sewaktu aku masih pertamakali menaikinya, wuiiih.... penumpangnya puuuoool banget sampai-sampai sulit duduk dilatai, disandung dan ditendang para bakul. Sedangkan yang kedua kali ini....., hemmmm..... sangat ramah, dan penumpangnya semua kebagian tempat duduk. Hingga akupun bisa tiduran habis tempatku mulai dari kediri hingga Sta Lempuyangan Jogja " kosong " .
         Salah satu wajah desa Balokang yang sangat indah mempesona, aku menyusurinya dengan sepeda motor jemputan dari pihak keluarga Bapak Dimyati Almarhum.







           Jalan di Pasar Banjar terobosan menuju Terminal Bis sudah ada yang rusak, sepertinya biaya pemeliharaannya masih dianggarkan. Belum turun.

Minggu, 14 Agustus 2011

ZIAROH WALI LIMO, waliulloh di jawa timur

SEBAGIAN orang mengatakan bahwa sebelum ziaroh ke makam para sunan/wali sebaiknya kunjungidululah / ziarohlah terlebih dulu ke makam orang tua anda. Atau jika  orang tua anda masih hidup sebaiknya memberitahu ( jawa = pamitan) terlebih dulu kepada orang tua anda. Apakah maqolah itu benar atau tidak, atau barangkali ada khasiat atau tidak,  itu terserah kepada para pembaca tulisan saya ini. Yang penting tulisan saya ini hanya cerita perjalanan kami ( Pak H. Sutardjo MM, Pak H.Ahmad Taufiq, Pak Suprapto, Pak Nurwiyono (Nurlala), Pak Sunardi, Pak  Muhari dan saya sendiri Pak Sakrip ) ke para makam Wali Limo di Jawa Timur. Akan tetapi ada baiknya bila lebih dahulu kita simak Buku Kisah Keteladanan WALI SONGO yang disusun oleh Abdul Rozaq, diterbitkan oleh CV SURABAYA, agar kita tahu dan mengerti tentang mengenai seluk-beluk perjuangan para penyebar Islam di tanah Jawa.
     Di tulis sebagai Kata Pengantar bahwa "Wali adalah sosok hamba Allah yang ta'at beribadah menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Wali adalah hamba yang menjadi kekasih Allah dari sekian banyak mahluk yang ada di bumi ini. WALI SONGO hanya merupakan sebuah  istilah yang sering diucapkan oleh ummat manusia sekarang ini, padahal sesungguhnya beliau (para walisongo) tidak mengenal kata songo.
Meski kisah Walisongo sebenarnya penuh kontroversial, akan tetapi kisah itu sendiri cukup menarik untuk disimak, mengingat banyak sekali hikmah dan manfaat yang dapat kita petik sebagai bekal bagi kita dalam berjuang di daerah masing-masing, yang jelas berbeda cara pandang dan penerimaan, mengingat Walisongo telah berhasil menyatukan berbagai macam golongan menjadi satu- kesatuan yang kuat  baik dari rakyat biasa maupun yang luar biasa".
Secara umum yang dianggap Walisongo di Bumi Jawa ini adalah :
     1. Syeh Maulana Malik Ibrahim ( makam di Gresik )
     2.Raden Rahmat atau Sunan Ampel (makam di Surabaya)
    3. Raden Paku atau Sunan Giri (makam di Grersik)
   4. Raden Makdum Ibrahim atau Sunan Bonang (makam di Tuban)
   5. Raden Qosim atau sunan Drajat (makam di Lamongan)
   6. Raden Syahid atau Sunan Kalijaga (makam di Kadilangu Demak Jawa Tengah)
   7. Raden Umar Syahid atau Sunan Muria (makam di Kudus, Jawa Tengah)
   8. Ja'far Shodiq atau Sunan Kudus (makam di Kudus, Jawa Tengah)
   9. Syarif Hidayatulloh atau sunan Gunung Jati (makam di Cirebon, Jawa Barat)
Itulah sekelumit pengantar cuplikan dari  Buku Kisah Keteladanan WALISONGO.

Sumber dari Buku Kenang-kenangan Haul Agung ke 544 SUNAN AMPEL  memberikan keterangan tentang perngertian Wali:
Pengertian Wali menurut Al-Qur'an (surat Yunus ayat 62 sampai dengan 64) : 
   1.  Tidak mempunyai rasa takut
   2.  Tidak mempunyai kesedihan
   3.  Mereka beriman
   4.  Mereka bertaqwa (memperjuangkan kalimah Allah)
   5.  Mereka selalu gembira dengan kabar dunia & akhirat
   6.  Mereka tidak menyeleweng dari petunjuk Allah  
Catatan tersebut diterakan pada Muqodimah yang ditulis Ustad Ibrohim Ghozi, Kertosono, 1 Maret 1989. 

     TEPATNYA hari Ahad tanggal. 13 Mei 2010  pagi, yaitu setelah sholat subuh berjamaah  lebih dulu  rombongan berkumpul di Masjid Al Idris Jalan Mastrip Kota Blitar.Perjalanan kami untuk ziaroh wali limo ini termasuk tidak istimewa berhubung segala persiapannya yang sangat mendadak dan tidak terprogram bagus seperti layaknya pesiar relegius lainnya. Biarpun kesannya asal-asalan tapi ternyata kepergian ziaroh tersebut tampaknya membawa hikmah tersendiri. Saya yakin bahwa pengalaman masing-masing peserta tidak sama, tetapi secara umum rombongan sudah memenuhi apa yang di rencanakan secara mendadak tersebut.
     RUTE perjalanan kami juga tidak banyak yang disinggahi, mengingat waktu yang sangat pendek yaitu kami sepakat "berangkat habis subuh sampai tiba kembali di rumah harus sekitar jam 10 malam".
Yang namanya rencana, manusia boleh berusaha Allah SWT yang menentukan; ternyata rombongan kami pada jam 24.00  masih di makam Sunan Bonang - Tuban, Jawa Timur. Mengenai perbekalan alias bontot hemm........ tidak usah di soal, sudah disediakan Nyonya Bapak Nurwiyono Toko Lala dan ternyata menunya sungguh bergizi komplit, kami suka melahapnya. Dan cukup okey.............
     Begini, dari Masjid Al-Idris Jalan Mastrip Kota Blitar mobil kami berangkat tepat jam 05 pagi melewati Jalan Ciliwung (Blitar Kota ke Utara) dan terus melalui bendungan Lahar Kelut dan lantas melewati Desa Kedawung Ponggok, Kabupaten Blitar. Tidak lama kemudian sampailah di pasar Pathok dan terus melaju ke arah utara ke kota kecamatan Wates - Kabupaten Kediri. Selanjutnya perjalanan melaju ke Kota Pare lalu ketimur ke Kecmatan Kandangan, terus ke arah utara melwati Ngoro - Jombang dan melalui jalan menuju Mojoagung. Di pom bensin disitulah rombongan istirahat, selagi mobil isi bensin kami juga isi perut - makan pagi, mengingat waktu sudah menunjukkan jam 06.30.
     Lebih kurang jam 08.00 rombongan berangkat lagi, melaju dengan rute Kota Mojoagung - Kota Mojokerto  dan selanjutnya Kota Surabaya. Yang pertama di singgahi adalah Masjid Akbar Kota Surabaya yang biasa orang menyebutnya dengan Masjid Agung. Tiba di Masjid tersebut waktu sudah menunjukkan jam 09.00, rombongan keliling di komplek Masjid, mulai dari Menara Masjid, Lingkungan Masjid, dan Lokasi/dalam Masjid yang berlantai tiga. Lebih kurang dua jam kami di Masjid Akbar, selanjutnya rombongan menuju Jembatan Suromadu (Suroboyo - Madura), di jembatan itu kami istirahat sejenak dan foto bergantian.
Setelah istirahat kami melaju ke Madura, disitulah terjadi perhelatan sejenak, musywarah bagaimana enaknya, habis ke Pulau Madura ini adalah bukan tujuan dan tidak masuk dalam bagian program wisata relegius. Lalu diputuskan dan sepakat bahwa masing-masing personil (idep-idep) pengin tahu Kota Bangkalan, maka perjalanan dilanjutkan menuju Kota Bangkalan - Madura. Namun sayang pak sopir ternyata juga belum pernah ke Bangkalan, jadi harus tanya-tanya ke warga setempat. Ah..... ternyata ya juga ada kendala yang juga mengherankan, ternyata saudara kita di Pulau Madura ini masih ada yang tidak mengerti Bahasa Indonesia, sedang kami tidak mengerti Bahasa Madura, jadi sama saja. Hingga tiga orang......... barulah rombongan tahu mana jurusan Kota Bangkalan.
     Sesampai di Kota Bangkalan, kemudian kemana...........? Kami bengong lagi. Kemana ya enaknya......?
Kemudian tanya-tanya lagi: "Adakah di daerah ini tempat-tempat ziarah relegius ?". Ah...... ternyata ada, yaitu Makam mBah Kyai Kholil pendiri Nahdlatul Ulama (NU), sedang jalan menuju kesana rombongan tidak ada yang tahu, tanya-tanya keblasuk-blasuk. Maka, mengingat waktu sudah masuk  Dhuhur rombongan cari masjid terdekat di Kota Bangkalan. Tentang Masjid yang disinggahi,  maaf penulis naskah ini lupa namanya.
     SETELAH sholat dhuhur berjamaah dengan warga sekitar, kamipun melanjutkan perjalanan dan langsung menuju Surabaya melewati daerah ujung dan naik  Kapal Verry, jadi kembalinya ke Surabaya tidak lagi lewat Jembatan Suromadu, mengingat nyeberang ujung ternyata lebih dekat. Melalui Jl.Perak Timur, Jalan Rajawali dan sampailah di Jembatan Merah, selanjutnya belok kiri melalui kawasan Wisata Relegius Sunan Ampel, maka tibalah rombongan kami di Makam Sunan Ampel lebih kurang jam 14.00. Ke Urinoir, dan setelah itu ambil wudlu selanjutnya sholat tahiyatyl asjid dan sujut syukur. Usai kelililing dalam masjid Sunan Ampel dan menikmati syahdunya suasana Masjid ampel yang sangat besar itu, rombongan menuju ziarah ke Makam sunan Apel dengan Baca Yasin dan Tahlil yang dipimpin oleh penulis naskah ini. Kemudian dilanjutkan ke makam - makam lainnya, seperti makam mBah Bolong, makam mBah Sholeh.,  dan kemudian rombongan melanjutkan ke makam Syeh Maulana Malik Ibrahim di Gresik.
     DIMAKAM  Syeh Maulana Malik Ibrahim, sebelum kami mengadakan upara do'a seperti di makam Sunan Ampel, yaitu baca Yasin dan Tahlil, kami melaksanakan sholat 'Asyar lebih dulu dan setelah berkililing makam dan melihat-lihat lingkungan makam kamipun foto bersama diluar makam, habis dilingkungan makam dilarang  memfoto. Disitu kami istirahat sejenak, ngongkek boyok. Kemudian perjalanan dilanjutkan ziarah ke makam Sunan Giri, tempatnya tidak jauh dari makam Syeh Maulana Malik Ibrahim lebih kurang setengah kilometer, tempatnya berbukit dan menanjak tajam.
     JALAN menuju makam mBah Sunan Giri ini saat itu sedang di rehab dengan cor beton kayak pembangunan gang-gang di Kota Blitar.  Mudah-mudahan pembangunan itu juga subsidi dari pemerintah.
Rombongan kami masih sama dengan kegiatan di makam-makam sebelumnya yaitu membaca Yasin dan Tahlil, hanya bedanya di makam Sunan Giri ini lokasinya sangat sempit jadi kesannya sangat padat dengan pen-ziarah, sehingga kami harus rela baca Yasin - Tahlil diluar dengan lokasi duduk-lesehan tak nyaman. Setelah itu kami kembali mobil, selanjutnya rmbongan meluncur ke makam  Sunan Drajat Lamongan. Diperjalanan waktu sudah menunjukkan saatnya sholat maghrib, jadi kami singgah dulu di Masjid,  di Desa Jati - Gresik.  Disini kami juga masih ada waktu untuk makan-makan biarpun hanya sedikit menghabiskan sisa perbekalan tadi pagi. Ada yang bilang: "Aja rebutan sing waras ngalah...........". Kemudian kami menuju makan Sunan Drajat, melalui jalan pantai utara, namun sayang cuaca sangat gelap jadi kami tidak bisa melihat keluar yang katanya dijalur itu panorama pantai sangat indah. Kami hanya bisa melihat ke depan, melihat jalan yang belum pernah aku lalui, jadi ya..... gimana........? Seumpama aku kesitu lagi, "jelas aku lali dalane tur keblasuk-blasuk".
Tiba di makam Sunan Drajat lebih kurang jam 19.30, dimakam ini kami tidak kompak seperti ketika ziarah kemakam sebelumnya, pating slebar memenuhi hajatnya sendiri-sendiri, maklum kondisi awak sudah lelah, dan kondisi perjalanan tampak maraton artinya tidak ada istirahat, misalnya tidur atau ngomong-ngomong santai, yang ada cuman serius saja, konsentrasi penuh dan tidak bisa diganggu gugat. Dan lagi memang di makam Sunan Drajat ini lokasinna sangat sempit dan penziarah sangat banyak dan padat, sehingga acara tahlil -yasin yang kami selenggarakan tersasa tidak nyaman dan tidak maksimal. Sumumk, gerah dan ramai sliwar-sliwer lalu-lalang orang lewat. Yaa...... pokoknya gimana gitu, sulit menggambarkan. Yang jelas karena tidak kompak, pererta Yasin-tahlil cuma empat orang saja: saya sendiri, Pak Prapto,Pak Nur, Pak Sunardi, maka usai acara tahlil-yasinpun kami keluar makam dan saling mencari. Dimana Pak Sutarjo,Pak Taufiq,dan PakMuhari kami nggak tahu dimana ia berada. Kamipun memutuskan untuk Sholat 'Isyak dulu di Musholla
dekat bakul-bakul lingkungan makam.
Usai sholat Isyak kami leha-leha keluar lokasi bakul-bakul,dan langsung menuju parkiran kendaraan, nggak tahunya mereka pak Taufiq lagi ngopi di warung sebelah parkir,Pak Tarjo tidur tiduran di bakul rokok dan Pak Muhari lagi cari soevenir,     weh ...... weh......... jebule..... !
     KEMUDIAN  rombongan melanjutkan ke makam Sunan Bonang, Tuban, Jawa Timur. Alhamdulillaah................., meskipun dengan gontai kelelahan mobilpun tetap melaju dengan tegap dan langkah pasti. Pak Sutarjo dan Pak Nurwiyono sudah tampak lelah dan ngantuk, dia kayaknya tertidur pulas, entah apa yang dia impikan. Mudah-mudahan tidak mimpi di gigit ular.Yang masih tersisa, maksudnya yang tidak bisa tidur hanya ngomong-ngomong kecil dan tak mampu untuk sendau-gurau, bisanya cuman lihat-lihat jalan depan mobil arah kemana kendaraan melaju. Mau cerita-cerita ya apa yang seritakan dan siapa yang diceritai, wong ya semuanya sudah lelah, yaa gontai-lah............! Tak lama kemudian masuklah kami ke Kota Tuban........ dan langsung menuju Makam Sunan Bonang, tiba di halaman parkir lebih kurang jam 10 malam (jam 22.00). Berhubung semuanya lapar maka diputuskan untuk makan lebih dulu. Aku lihat di parkiran banyak bakul-bakul makanan dan tampak laris, tapi kenapa kok atret dan keluar parkiran...?  E...e....e....maunya cari makanan diluar parkiran...! Ah... kenapa nggak cari yang dekat-dekat saja, sederhana, praktis, cepat saji, cepat santap, cepat makan. Benar..... apa kataku, rasain luu, muter-muter sak kota Tuban, angger bakul di endegi....., dilihat-lihat nggak cocok nggak jadi. Putar lagi......, lihat bakul lagi, nggak cocok batal lagi, sampai tujuh putaran. Sampek mumet, ngelu ngrasakne leh arep mangan. Dan terakhir ndilalah bakulnya sudah mau tutup, dan kayaknya ada persediaan terakhir, ya wis sini saja pokoke makan. Bener....... menunya Mie Goreng, Capjae, Nasi Goreng Semrawut, ah........ alhamdulillah, masio masakannya asin...... dirasa uenaaaakkkkk.......! Dan akupun selain pesan Nasi Goreng dimakan disitu, juga pesan dua bungkus Nasi Goreng Mawut dibungkus dan dibawa pulang, kata teman untuk buka pintu.
     Sesudah itu rombongan menuju makam Sunan Bonang dan dimakam tersebut yang tidak ikut masuk ke lokasi makam hanya Pak Sutarjo, selain beliau pernah ziaraoh ke makam itu, alasan kedua beliau sudah lelah, maklum usia sudah lanjut dan lagi waktu sudah sangat malam yaitu lebih kurang jam 24.00 wib. Dilokasi makam Sunan Bonang juga amat ramai dengan penziarah, sama dengan makam wali sebelumnya, ramai dan padat. Kamipun mengadakan kegiatan baca Yasin dan Tahlil hingga akhir, setelah itu meninggalkan lokasi. Usai minum kopi dan beli oleh-oleh, rombongan pulang kampung dengan hati lega dan alhamdulillaahirobbil 'alamiin.

             Untuk selanjutnya perhatikan foto-foto dibawah ini :

                            Di halaman Masjid Akbar Kota Surabaya

                             Di Menara Masjid Akbar Kota Surabaya
               

                Sewaktu istirahat di Jembatan Suromadu Surabaya Jawa Timur




      

                    Usai Sholat Jamaah Dhuhur di Masjid Kota Bangkalan Madura




    

       

                  Foto bersama  Ziaroh Sunan Malik Ibrahim Gresik  Jawa Timur

                        Kolektor dan penulis naskah: mBah Sakrip

Kamis, 07 Juli 2011

Kunjungan Keluarga dari DESA KAITETU, AMBON, MALUKU ke blitar

DI tahun-tahun sebelum 2011, seringkali keluarga dari Desa Kaitetu, Ambon, Maluku  berkunjung ke Kota Blitar Jawa Timur. Sebenarnya masih ada hubungan keluarga diantara beliau-beliau, yaitu kakak ipar saya, atau kakaknya istri saya yang bernama Khotidjah binti KH.Basuni dipersunting oleh seorang pria nama beliau ABDUL RIFAI HATUWE.  Dari sinilah maka ada jalinan keluarga di antara mereka dengan kami. Cerita detailnya aku sendiri tidak tahu, cuma kabar kuterima dari istriku dia berdua adalah sahabat penanya diseputaran tahun 1970-an. Yaaa....... memang jodoh itu kehendak Allah SWT, si Khotidjah di tahun itu dulukan juga sahabat penaku.........., tapi karena kehendak Allah SWT aku dapat adiknya...........!   Tentang itu sebaiknya biarlah berlalu, kita amati saja foto-foto dibawah ini.


Yang ada drim minyak tanah ini rumah Keluarga Haji Abdulrahman Hatuwe, jika lurus lebih kurang 10 meteran ke PELABUHAN. Di tahun 1999 aku pernah berkunjung ke Desa ini, DESA KAITETU. Ambon. Maluku.   Disana  tersimpan juga Masjid Tua WAPAUWE, dibangun tahun 1400 yang memiliki cerita misteri.


                        Ini lokasi pantai di seputaran Desa Kaitetu, indah-kan.....!




                             Keluarga Abdul Rirfai Hatuwe di Blitar Jawa Timur




Ketika Lili binti Abdul Rifai Hatuwe menikah  di Blitar, Jl Seruni 33.b. tempat ijab qobul di Musholla Al Hikmah. Tampak H. Gatot Anwari tertawa riang, jas Coklat.




       Hadirin rohimakumulloh lagi mengamini do'a dipimpin oleh KH Imam Mukhoyun.
















kolektor dan penulis naskah: mBah Sakrip



Selasa, 28 Juni 2011

DESA PATEMON kec bojongsari kab purbalingga

Aku semdiri belum tahu dan belum pernah menginjakkan kaki di sebuah desa Patemon di kecamatan Bojongsari kabupaten Purbalingga ini. Namun karena ada kenalan baru lewat dunia maya saja aku bisanya hanya titip salam buat seluruh penghuni desa Patemon ini. Kenalanku namanya Hartoyo Yudawijaya, beliau pernah menulis sebuah artikel di majalah bahasa jawa terbitan surabaya, disitulah aku kenal, kenal hanya namanya saja, gambar beliau kini terukir di web ini paling bawah, memakai baju biru nan tampak keren
Matur suwun dan terima kasih, salam dari dunia maya.


                  Ini foto-ku ketika lagi wae nyabrang kali di Jombang Jawa Timur

                                   Aku selagi baca Panjebar Semangat

                            Aku lagi santai-santai sambil dengarin Radio Cawang


      Ketika aku selagi  menyelesaikan tugas di kantor Akuntan Publik Surabaya

        Bapak ini kenalanku dari majalah bahasa jawa Panjebar Semangat Surabaya

Rabu, 08 Juni 2011

maju terus DESA KALIGONDO kec genteng kab banyuwangi

SEKILAS URUN REMBUG. Seandainya aku jadi pamong Desa Kaligondo,  insyaalloh aku akan melakukan tidakan-tindakan yang positip untuk memajukan desa kami dan warga kami. Tindakan yang kami lakukan sebagai berikut  :

1. Memperbaiki menejemen, personalia, kependudukan, ekonomi perdesaan
     a. Manajemen Personalia :
         Dalam tulisan ini yang saya maksud dengan manajemen personalia adalah khusus mengenai kekompakan para pamong desa, yang pada dasarnya adalah sebagai ujung tombak suksesnya suatu program yang sudah disusun sedemikian rupa, yang oleh warga desa sudah disetujui untuk dilaksanakan. Nah ini  untuk mengawal program tesebut pamong desa harus kompak dan tidak ada saling menyalahkan. Akan tetapi yang ada hanyalah saling membantu. Semua pamong harus setia menjaga hubungan yang harmonis baik kepada pihak atasan (kecamatan dan pejabat di kabupaten) dan pihak-pihak yang terkait dengan sasaran pembangunan, misalnya pihak panitia. Dan juga kerjasama dengan pihak pemborong dan investor misalnya.
Jikalau digambarkan dalam bentuk BAGAN lebih kurang sebagai berikut :
                                                                  
                                                       KEPALA DESA
                 SEKRETARIS DESA                                BAGIAN   KEUANGAN


                        PARA  KEPALA DUSUN DAN PEJABAT TERAS


                                            PARA  KETUA  RW DAN RT


    b.  Menejemen kependudukan.
         Mengenai menejemen kependudukan;  Administrasi Kependudukan harus jeli dan rapi. Rambu-rambu atau petunjuk umum, misalnya mengenai Nama Jalan, papan nama Kepala Desa, papan nama Sekretaris Desa, hingga papan nama para Ketua RW/RT harus ada, hal ini untuk memudahkan pemetakan wilayah kerja masing-masing blok. Selanjutnya pengadaan Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk harus rapi dan jeli, misalnya segala mutasi lahir-mati, datang-pindah, harus cepat diselesaikan dan di inventarisir dengan bagus dan serius , jangan sampai hal yang sepele ini menjadi berlarut-larut. Sebab hal ini akan berpengaruh dengan pemetakan ekonomi warga dan yang lainnya. Minimal setiap Ketua RT harus mengetaui warganya baik mengenai nama, jumlah warga, pendidikannya, agamanya, keadaan ekonominya dan lain-lain. Hal ini penting, sebab dengan begitu para pejabat terrendah ini akan selalu berhubungan dengan warganya dan semua yang menjadi keinginan warga akan terinventarisir.

    c.  Menejemen Ekonomi Perdesaan
        Ekonomi para warga di setiap wilayah pemerintahan sangat penting, ini akan membantu suksesnya kelanjutan pembangunan yang sudah diprogramkan. Ekonomi warga sudah harus pasti, jangan sampai ekonomi warga desa misalnya tidak menentu, jikalau hal ini terjadi dan gagal maka boleh jadi segala program yang dicanangkan juga akan tertunda hingga ekonomi warganya merangkak membaik. Pemasukan penghasilan warga desa, bisa dijadwalkan/dianggarkan, misalnya tiap empat bulan sekali ada pemasukan panen padi misalnya atau ada musim panen tanaman lainnya. Dan atau mungkin tiap bulannya ada panenan tanaman yang tidak dimusimkan misalnya Kelapa, Pepaya dan lain-lain. Jikalau ekonomi warga ini lancar, maka tingkat kendala program pembangunan desa akan teratasi.
 

2. Menggalakkan kegairahan budhaya lokal, pendidikan dan kesehatan
    a. Budaya Lokal dan Pendidikan warga ini tampaknya saling terkait dan saling mengikuti. Semakin tinggi tingkat  pendidikan seseorang biasanya mereka cenderung terpengaruh dengan budaya-budaya asing yang merasuk dari luar daerah perdesaan tersebut. Kebiasaan-kebiasaan atau yang biasa disebut adabiyah yang ada di salah satu daerah tersebut, akan kemasukan kebiasaan dari luar daerah dimana seseorang warga atau kelompok warga telah lama meninggalkan daerahnya untuk mengembara atau menuntut ilmu. Dengan demikian maka secara otomatis 'budaya lokal" akan tambah porsi atau mungkin malah berkurang bahkan berubah karena adanya budaya baru. Nah untuk mengantisipasi berubahnya dan atau mungkin musnahnya budaya lokal inilah akan menjadi perhatian khusus yaitu dengan cara mendirikan atau membentuk grup-grup yang sanggup melestarikan budaya lokal.

b. Bidang Kesehatan Masyarakat 
    Kesehatan Masyarakat juga harus diperhatikan dan diupayakan agar warga desa setia menjaga kesehatannya, setia menjaga kesehatan keluarganya. Ini bisa dilakukan dengan sering-sering menyelenggarakan mutivasi kesehatan, mengenalkan jenis penyakit dan cara mengatasi serta memberikan penerangan bagaimana cara mencegahnya. Mutivasi ini perlu dilakukan agar warga lebih mengerti pentingnya kesehatan atas dirinya. Selain didirikan pos-pos kesehatan, kebersihan dan keindahan lingkungan perlu dijaga. Kiranya hal tersebut juga akan membuat warga menjadi sehat dan tetap ceria.

3. Meperbaiki sistem pengairan tanah pekarangan dan persawahan
    Pengairan tanah pekarangan dan tanah sawah harus diatur dengan sebaik-baiknya dengan menggunakan sistem pengairan tehnis. Jangan sampai untuk pengairan ini diprogram asal-asalan sehingga akan berakibat tidak lancarnya jadwal pengairan pada tanaman. Mengenai pengairan tanaman di tanah sawah biasanya sudah diatur rapi, akan tetapi untuk pengairan ditanah pekarangan sebaiknya juga diatur sedemikian rupa pula, sehingga tanaman - tanaman di tanah pekarangan agar tidak sulit untuk mendapatkan air. Misalnya di pinggiran jalan diadakan parit yang terdapat air mengalir dan memang khusus disediakan untuk mengairi tanaman pekarangan. Jikalau memungkinkan diusahakan Jenis Tanaman pekarangan seragam, misalnya jikalau tanam jeruk ya jeruk semua, atau tanaman jangka panjang misalnya Blimbing Karangsari Blitar. Blimbing ini ternyata juga memiliki tingkat prospek bisnis yang baik dan tidak kalah dengan hasil dari tanaman pekarangan yang lain. Yang penting saluran pengairan diatur rapi.


4. Mengarahkan warga untuk diajak  membangun desa  menjadi Desa Wisata
     Kita yakin, jika warga desa  berhasil membangun desanya dengan sukses, maka warga desa lain akan berbondong-bondong  menjengukknya. Nah ini kesempatan warga untuk berbuat, apa yang kira-kira bisa dilaksanakan. Jika para wisatawan sering atau banyak berkunjung ke desa kita, biasanya mereka tidak akan puas kalau belum membawa oleh-oleh khas desa kita.  Oleh karena itu  selanjutnya pasti kita bermaksud untuk berbuat, paling tidak akan menciptakan oleh-oleh buat para wisatawan, Jika ini benar-benar dilakukan secara otomatis ekonomi warga desa akan bertambah.


5. Mengajak pemuda/i sebagai generasi penerus untuk ikut membangun desanya
     Dimanapun kita membangun, jangan ditinggalkan generasi penerus kita itu.  Pemuda-pemudi sangat produktif dan biasanya mereka ini berpotensi bagus. Mereka kita bina dengan sebaik-baiknya sesuai dengan ketrampilannya. Kita arahkan, kita beri modal pengetahuan dan modal dana. Olah Raga jangan ditinggalkan, sebab olah raga ini juga dapat membawa para pemuda-pemudi untuk melangkah. Selain itu olah raga juga dapat membawa nama desa kepenjuru pelosok tanah air.

Hanya disini urun rembug yang bisa aku sampaikan dengan gaya "aku akan membangun". Namun bukan berarti aku bisa membangun. Wassalam, semoga bermanfaat.

                                 Sebagian lensa pembangunan di daerah banyuwangi